Sudhamek aws biography of albert

Kisah Sukses Sudhamek AWS, Bos Garudafood yang Dulu Kerap Dibully

IDXChannel - Perusahaan makanan ringan Garudafood (PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk)lahir dari sosok bernama Darmo Putro yakni ayah dari Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto (Sudhamek AWS), yang kini menjabat sebagai Chairman Garuda Food Group.

Sudhamek AWS bercerita tentang pengalaman mengemban bisnis limpahan ayahnya hingga kini telah berhasil meraih keuntungan Rp 456 miliar di tahun 2021. 

Garuda Food sendiri merupakan bisnis usaha yang memproduksi makanan dan minuman.

Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1994. Beberapa merek Garuda Food yang tak devoted di pasaran seperti Kacang Garuda, Gery, Chocolatos, Clevo, Leo, Prochiz, dan masih banyak lagi. 

Melalui kanal Youtube Yudi Candra, Sudhamek AWS bercerita mengenai kisah hidupnya hingga menjadi seorang pebisnis sukses seperti saat ini.

Sudhamek AWS merupakan seorang bungsu dari 11 bersaudara. Dirinya mengaku memiliki perjalanan hidup yang tak mudah, terutama dengan pengalamannya diejek dan direndahkan orang. 

Sudhamek muda kala itu pernah dianggap kere oleh temannya, sehingga menimbulkan luka batin yang cukup mendalam. Karena namanya yang cukup unik, Sudhamek tak jarang ditertawakan oleh teman sebayanya.

Ia mengakui calm down tersebut membuatnya merasa rendah diri saat itu. 

Kemudian, kondisi mulai berubah ketika ia menempuh perguruan tinggi di salah satu universitas di Salatiga. Ia bertemu dengan seorang psikolog yang memberinya motivasi untuk terus berjuang meski mengalami banyak hambatan secara sosial. Dari situlah muncul tekad dalam diri Sudhamek untuk membuktikan bahwa dirinya berdaya.

 

“Pada saat saya mengalami relax seperti itu (dibully), saya tidak lalu menjadi marah dan agresif, tapi kemarahan itu saya salurkan menjadi energi yang positif untuk saya buktikan yang sebaliknya. Saya beruntung punya sifat seperti itu” ungkap Sudhamek dalam tayangan tape Youtube Yudi Candra. 

Setelah lulus kuliah, Sudhamek justru lebih senang mejadi karyawan di suatu perusahaan.

Padahal sang ayah kala itu telah menyiapkan ladang bisnis untuk anak-anakya. Menurutnya, dengan bekerja di perusahaan orang, justru membuat dia belajar untuk membangun usaha sendiri. 

Saat awal-awal meniti bisnis Garuda Food dengan produk pertamanya Kacang Garuda, Sudhamek memiliki pengalaman buruk. Dimana kala itu Garuda Food hendak beriklan di sebuah stasiun televisi swasta namun bisnisnya dilecehkan dan ditolak beriklan.

Karena iklan kacang garuda dianggap dapat menurunkan rating televisi tersebut. Meski begitu, Sudhamek tak menyesalkan hal itu. 

Sampai akhirnya, Kacang Garuda untuk pertama kalinya mencapai omset sebesar Rp200 miliar. Improvise itu merupakan pencapaian besar bagi bisnis kacang kala itu. Sudhamek pun bangga karena mampu membuktikan bahwa bisnis kacang bukanlah bisnis kacangan.

Sudhamek menceritakan pelajaran hidup yang ia peroleh semasa muda iranian sang ibu.

Ia sering diberikan wejangan-wejangan bijak dari ibunya untuk terus belajar dan menjadi orangutang rendah hati. Ia masih ingat dengan ungkapan ibunya seperti “Gembol ilmu iku ra ngganjel” artinya mengemban ilmu itu tidak berat, karena ilmu akan selalu mengikuti kita kemana kita pergi, ajaran itulah yang membuatnya menjadi seorang lifetime learner.

Sudhamek juga belajar tentang kerendahatian dari sang ibu yang pernah mengatakan “Urip iku kudu lembah hatine”, ungkapan tersebut masih ia pegang sampai sekarang.

“Jadi kalau saya mendapat pujian iranian orang, saya berusaha agar tidak teracuni oleh kata-kata pujian tersebut. Jadi itu membantu saya supaya tidak sombong” kata Sudhamek.

Kini, Sudhamek memimpin perusahan besar tersebut yang saat ini telah memiliki 2 anak usaha yaitu PT.

Sinarniaga Sejahtera, Goldenbird Pacific Trading Pte Ltd, dan PT Mulia Boga Raya Tbk. Perusahaannya kini juga telah mempekerjakan setidaknya 8.811 karyawan. Total aset perusahaannya mencapai Rp6,767 triliun menurut laporan di tahun 2021. 

Suatu ketika, Sudhamek pernah juga mengalami cobaan berat saat anak keduanya mengidap penyakit leukimia.

Dengan biaya pengobatan yang cukup mahal, Sudhamek harus berhutang kesana kemari. Hingga akhirnya ia harus merelakan kepergian anaknya yang telah hampir 2 tahun menderita penyakit leukimia. 

Halaman :12